"ARTI MAAF"
Suku di Afrika memiliki tradisi yang unik.
Bila ada pembunuhan yang terjadi maka pelakunya akan dihukum dengan hukuman mati, tapi pelaksanaan hukumannya baru dilakukan setahun setelah peristiwa pembunuhan itu.
Eksekusinya dilakukan dengan cara pelaku diikat lalu dilemparkan ke tengah danau yg bayak buaya.
Kepala suku tidak akan bertanya kepada keluarga korban, apakah mereka mau memaafkan pelaku, tapi kepala suku akan mempersilahkan bila keluarga korban ingin menolong pelaku.
Bila keluarga korban mau memaafkan pelaku, maka mereka harus rela terjun ke dalam danau dan bersusah payah menolong pelaku dengan membawanya ke darat.
Tidak cukup kata maaf saja, tapi mereka harus melakukan tindakan penyelamatan sebagai bukti pengampunan.
"arti kata maaf yg sesungguhnya, memiliki kualitas nilai yg mahal."Namun kadang kata yg sering muncul adalah:
" saya memaafkan tetapi proses hukumanx hrus tetap dijalankan".
Banyak orang memberi maaf dengan motif yang berbeda.Ada yang memberi maaf secara formalitas saja.
Memberi maaf di mulut, tapi tidak di hati.Ada yang memberi maaf supaya terlihat baik di mata orang lain.
Ada juga yang terpaksa memberi maaf karena itu sudah tradisi pada waktu-waktu tertentu.
Apakah memberi maaf seperti itu sudah cukup ?
Memberikan maaf sejatinya bukan hanya sebatas perkataansaja.
Namun memberi maaf seharusnya dibuktikan dengan tindakan nyata.
Jika pengampunan yang kita berikan hanya sebatas di bibir maka, itu munafik.
Pengampunan yang kita berikan seharusnya didasari dengan ketulusan dan keluar dari hati yang paling dalam.
Ketika bertemu dengan saudara-saudaranya yang telah menjual dan mencelakakannya, Yusuf memilih untuk mengampuninya.
Bukan sekedar pengampunan di bibir, tapi pengampunàn tersebut lahir dari hati yang paling dalam.
Yusuf tidak berkata,
saya memaafkan tapi proses hukum tetap berjalan.
Ingat pengampunan bukanlah sekedar kata-kata, tapi harus dibarengi dengan tindakan nyata.
Suku di Afrika memiliki tradisi yang unik.
Bila ada pembunuhan yang terjadi maka pelakunya akan dihukum dengan hukuman mati, tapi pelaksanaan hukumannya baru dilakukan setahun setelah peristiwa pembunuhan itu.
Eksekusinya dilakukan dengan cara pelaku diikat lalu dilemparkan ke tengah danau yg bayak buaya.
Kepala suku tidak akan bertanya kepada keluarga korban, apakah mereka mau memaafkan pelaku, tapi kepala suku akan mempersilahkan bila keluarga korban ingin menolong pelaku.
Bila keluarga korban mau memaafkan pelaku, maka mereka harus rela terjun ke dalam danau dan bersusah payah menolong pelaku dengan membawanya ke darat.
Tidak cukup kata maaf saja, tapi mereka harus melakukan tindakan penyelamatan sebagai bukti pengampunan.
"arti kata maaf yg sesungguhnya, memiliki kualitas nilai yg mahal."Namun kadang kata yg sering muncul adalah:
" saya memaafkan tetapi proses hukumanx hrus tetap dijalankan".
Banyak orang memberi maaf dengan motif yang berbeda.Ada yang memberi maaf secara formalitas saja.
Memberi maaf di mulut, tapi tidak di hati.Ada yang memberi maaf supaya terlihat baik di mata orang lain.
Ada juga yang terpaksa memberi maaf karena itu sudah tradisi pada waktu-waktu tertentu.
Apakah memberi maaf seperti itu sudah cukup ?
Memberikan maaf sejatinya bukan hanya sebatas perkataansaja.
Namun memberi maaf seharusnya dibuktikan dengan tindakan nyata.
Jika pengampunan yang kita berikan hanya sebatas di bibir maka, itu munafik.
Pengampunan yang kita berikan seharusnya didasari dengan ketulusan dan keluar dari hati yang paling dalam.
Ketika bertemu dengan saudara-saudaranya yang telah menjual dan mencelakakannya, Yusuf memilih untuk mengampuninya.
Bukan sekedar pengampunan di bibir, tapi pengampunàn tersebut lahir dari hati yang paling dalam.
Yusuf tidak berkata,
saya memaafkan tapi proses hukum tetap berjalan.
Ingat pengampunan bukanlah sekedar kata-kata, tapi harus dibarengi dengan tindakan nyata.
Be the first to reply!
Post a Comment